Jumat, 13 Maret 2009

Segerakan Cinta

“I’am LEGEND”. Film ini berisi sebuah hikmah mengharukan. Dikisahkan bahwa Robert Neville, tokoh utama dalam film ini adalah satu-satunya manusia yang tersisa. Sebuah virus telah membunuh seluruh penduduk bumi. Jikapun masih ada yang hidup, maka dia telah menjadi mahluk tanpa jati diri tak ubahnya binatang buas. Settingnya di kota New York, dimana rumah, gedung, mobil, dan semua gemerlap kota ini masih utuh. Hanya saja tanpa satupun manusia.

Tiga tahun Neville hidup dalam kesendirian. Setiap hari dia pergi ke tepi pelabuhan, berharap ada seseorang di sana. Kesepian. Dia sengaja menata boneka etalase di sebuah pertokoan untuk disapa. Dia ajak bicara, bercanda. Meskipun dia pun tahu, tidak satupun yang akan membalas. Dan ketika seekor anjing yang selama ini menjadi satu-satunya teman juga harus mati, kesedihannya mencapai puncak. Seluruh dunia adalah miliknya. Bebas melakukan apapun. Bebas mengambil apapun. Tapi dia tidak memiliki siapapun.

Kesendirian adalah kepedihan. Perih hati yang naik memerihkan tenggorokan. Merambat berupa loncatan loncatan super kecil melewati kulit. Memerindingkan. Normalnya setiap kesedihan hilang dalam pelukan orang-orang yang engkau kasihi. Tapi dalam kesedihan karena kesendirian, engkau tak akan menemukan siapapun. Engkau menanggungnya sendiri, melipatkannya ratusan kali. Hingga jika tak kuat hati menahannya, kiranya kematian mungkin jauh lebih menyenangkan.

Sesungguhnya fitrah manusia tak menghendaki kesendirian. Fitrah yang tentu saja dimengerti oleh penciptanya. Maka Allah menciptakan Hawa sebagai teman bagi Adam. Sehingga Adam tak lagi sendirian. Keduanya beranak cucu, melahirkan generasi demi generasi yang mendiami bumi. Namun, ancaman kesendirian ternyata tak juga hilang. Bukankah engkau juga tahu bahwa kesendirian bisa muncul bahkan dalam keramaian ?

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu dan darinya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya engkau saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu” (An Nisa 1). Ibnu Katsir menerangkan bahwa diri yang satu merujuk pada Adam. Kini engkau dapat merenung, mengapa Allah menganjurkan memelihara silaturrahim sesudah mengingatkan tentang perkembangbiakan manusia ?

Manusia telah memenuhi bumi. Logikanya mudah, jika engkau tidak memelihara silaturrahim, maka engkau akan sendiri dalam keramaian. Kesepian dalam lalu lalang manusia. Maka berhati-hatilah, betapa banyak orang lebih rela mengkhianati teman-temannya dengan alasan meraih kesuksesan. Berapa banyak pula ayah yang selalu menginggalkan putra putrinya dengan alasan meniti karir. Dan berapa banyak yang mengabaikan untuk menuangkan pelukan cinta kepada saudaranya. Bukankah hampir-hampir menjadi kewajaran mengorbankan manusia demi harta benda ?

Dan perhatikan apa yang terjadi ketika orang-orang ini telah mencapai puncak. Teman-temannya telah tiada, keluarganya jauh darinya, saudaranya meninggalkannya. Yang tersisa hanya kekosongan, kesendirian, dan kesepian. Ruang hatinya sunyi hampa tak bersuara. Mereka memiliki semuanya, tapi tidak memiliki siapapun. Maka jika engkau memiliki orang-orang yang engkau kasihi, limpahkanlah cintamu selagi mereka masih di sisimu. Karena jika suatu saat nanti yang engkau bisa lakukan hanyalah merindukannya, maka itu akan sangat menyakitkan.

Segerakanlah ungkapan kasih agar tak terlambat kelak. Imam Ahmad telah meriwayatkan sebuah teladan penyegeraan ini dari Anas bin Malik : “Aku sedang duduk-duduk di sisi Rasulullah. tiba-tiba seorang laki-laki lewat. Seseorang dari yang sedang duduk bersama Rasulullah. mengatakan, ‘Ya Rasulullah, aku mencintai orang itu’. Rasulullah mengatakan, ‘Sudahkah kamu menyatakannya kepadanya?’ Orang itu menjawab, ‘Belum.’ Kata Rasulullah, ‘Bangunlah dan nyatakanlah kepadanya.” Maka orang itu bangkit menuju ke arahnya seraya mengatakan, ‘aku mencintaimu karena Allah’ Orang itu menjawab, ‘semoga mencintaimu pula (Allah) Yang karena-Nya kamu mencintaiku.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Komentar